1. Kekerasan Sekolah terhadap Kim Daehyun Tahun 1995 (meninggal)

   

    Kim Jong-gi adalah mantan pebisnis yang meninggalkan bisnisnya untuk membangun sebuah Yayasan Anti Kekerasan di Kalangan Anak Muda. Hal ini dilatarbelakangi oleh kasus anaknya, Kim Daehyun, yang meninggal 27 tahun lalu di usia 16 tahun saat duduk di bangku SMA kelas 1.

 
 
    Kim Daehyun merupakan siswa teladan dengan berbagai penghargaan bahkan terkenal serta memiliki penggemar di kalangan teman lainnya. Namun, akibat mengalami kekerasan sekolah selama 4 bulan, Kim Daehyun yang putus asa akhirnya memilih untuk bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 5 apartemen rumahnya pada 6 Juni 1995. Daehyun yang putus asa sebenarnya terjun dua kali. Saat pertama terjun dari lantai 5, Daehyun terjatuh di atas mobil, sehingga nyawanya masih selamat. Namun besarnya rasa putus asa Daehyun membuatnya kembali naik ke atas dan terjun untuk yang kedua kalinya.


 

    Saat ditanyai apakah sebelumnya ada keanehan atau tanda-tanda yang menunjukkan sesuatu, Kim Jong-gi mengaku bahwa dia dan istrinya tidak mengetahui secara detail bahwa Daehyun mengalami kekerasan di sekolah. Namun, suatu ketika Daehyun pulang denganbaju robek berlumur tanah, kaca mata pecah, dan luka di wajah. Tetapi, Daehyun mengaku bahwa dia jatuh atau bahkan terkadang bertemu gangster di jalan. Sehingga, sang ayah tidak menaruh curiga lebih dalam dan hanya berpikir bahwa sistem keamanan di jalan Korea sangat buruk.


    Tetapi ternyata bukan karena jatuh maupun dipalak preman. Daehyun setiap malam mendapatkan pager (alat komunikasi 90-an) untuk datang ke taman atau tempat karaoke tiap malam. Di mana sepertinya kejadian tersebut berulang tiap dia dipanggil. Kim Daehyun harus menahan hal tersebut selama kurang lebih 4 bulan semenjak masuk SMA tersebut.

    Sebelum pergi dinas ke Beijing, Kim Jong-gi sempat memiliki firasat bahwa raut wajah anaknya itu terlihat gelap. Saat selesai memindahkan barang ke mobil, sebelum pergi, Kim Jong-gi sempat menyemangati Daehyun. Namun, rupanya Daehyun saat itu sudah merencanakan untuk mengakhiri hidupnya.


    Kim Jong-gi mengetahui kabar kepergian Daehyun malam hari saat berada di hotal Kota Beijing. Istrinya menelpon namun terus terdiam. Namun, beberapa saat kemudian istrinya berkata, "Sayang, Daehyun-ie meninggal". Ketika itu juga Kim Jong-gi yang merasa langit sedang runtuh sadar bahwa Daehyun saat itu memang telah mempersiapkan semuanya.

    Kim Jong-gi bercerita bahwa sesaat sebelum Daehyun meninggal, dia membantu ibunya memasukkan barang belanjaan. Selain itu, Kim Daehyun sebelum meninggal juga telah menata seluruh barangnya dengan rapi. Foto di atas merupakan kondisi meja belajar di kamarnya beserta buku-buku catatannya yang sudah tertata rapi. Kemudian, Daehyun yang putus asa masuk ke kamar setelah mengucapkan salam. Di mana salam itu ternyata merupakan salam terakhir dari Daehyun untuk ibunya. Dari sini, kedua orang tua Daehyun sadar bahwa anak mereka ingin meninggalkan dunia tanpa membebani siapa pun.



     Saat ditanya bagaimana akhirnya Kim Jong-gi mengetahui bahwa Daehyun mengalami kekerasan sekolah, beliau menjawab bahwa saat di pemakaman, para pelaku datang dan bergumam, "Karena kau mati aku jadi akan kena masalah sendiri". Mereka juga berkata bahwa mereka membully Daehyun karena kondisinya mabuk. Mengetahui hal tersebut, Kim Jong-gi memutuskan untuk berhenti dari perusahaan.



    Kim Jong-gi juga menambahkan, bahwa teman-teman Kim Daehyun mengiriminya banyak pager. Mereka berkata seperti "Malaikat baik, maaf karena tidak bisa melindungimu" dan "Daehyun-ah maaf karena tidak bisa membantu". Dari pesan-pesan itu, Kim Jong-gi mengetahui kebenarannya dan fakta bahwa Daehyun diancam agar tidak membocorkan hal tersebut.




    Yoo Jaesuk menanyakan apakah para pelaku kemudian mendapatkan hukuman. Kim Jong-gi sendiri mengaku telah menemui pelaku satu persatu secara tatap muka di toko roti. Namun, untuk membalas dendam, Kim Jong-gi merasa bahwa itu tak layak dilakukan. Oleh karena itu, Kim Jong-gi mengampuni mereka setelah mendapatkan surat permohonan maaf dan refleksi diri dari para pelaku. Setelah kejadian tersebut, Kim Jong-gi mendirikan Yayasan Anti Kekerasan di Kalangan Anak Muda serta memperjuangkan Pasal mengenai Yayasan Anti Kekerasan Sekolah serta Penanganannya. Pada kesempatan itu juga, Kim Jong-gi menyampaikan kalimat yang ingin beliau sampaikan pada Kim Daehyun.

"Ayah menyesal dan minta maaf karena hanya mengerti tentang perusahaan saja. Tapi, ayah harap kamu sekarang bisa tersenyum melihat ayah karena mencoba menyelamatkan anak-anak yang ada setelah mu."


 

    Kim Jong-gi berkata bahwa Yayasan Anti Kekerasan di Kalangan Anak Muda berubah nama menjadi Yayasan Pohon Biru. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kata 'kekerasan' dalam nama. Selain itu, Yayasan tersebut juga telah menerima pengehargaan di Asia's Nobel Awards 2019.

2. Kekerasan Sekolah terhadap Siswa SMP di Daegu Tahun 2011 (meninggal)

 

    Kwon Mo merupakan siswa SMP kelas 2 yang memutuskan bunuh diri akibat menerima kekerasan sekolah oleh 2 orang teman sekelasnya, Woo dan Suh. Berdasarkan rekaman CCTV gedung apartemen, Woo dan Suh ini kerap datang ke apartemen Kwon Mo dan memintanya untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Kerap dimintai uang, Kwon Mo yang kesulitan mendapatkan uang sampai harus melakukan pekerjaan paruh waktu di usia muda. Kwon Mo juga pernah diikat lehernya sembari dipaksa untuk menelan snack oleh kedua pelaku tersebut.

    Tujuh jam sebelum Kwon Mo akhirnya terjun dari apartemen rumahnya, dia sempat menangis di elevator. Kemunculan terakhirnya tersebut sempat terekam dari kamera CCTV. Kwon Mo kemudian memutuskan untuk terjun setelah meninggalkan surat wasiat. Di dalam wasiatnya tersebut, Kwon Mo meminta siapa pun yang membacanya untuk mengganti password kunci apartemennya. Hal ini iya minta karena dia khawatir kedua pelaku akan menerobos ke rumahnya setelah dia meninggal nanti.

"Ini permintaan terakhirku, tolong ganti password pintu rumah kami"

 "Karena anak-anak itu tahu passwordnya, aku khawatir mereka akan menyusup"

"Maafkan aku"


    Dalam HP milik Kwon Mo juga terekam bukti-bukti pemerasan oleh kedua pelaku. Selain pemerasan, nampak bahwa kedua pelaku juga memberikan ancaman pembunuha. Meskipun Woo dan Suh mengaku melakukan hal tersebut karena bercanda, mereka akhirnya ditangkap dan diputuskan untuk masuk 소년원(Penjara Anak).

3. Kekerasan Sekolah terhadap Siswi SMP di Busan Tahun 2017 (selamat dengan luka parah)

    Kasus ini merupakan salah satu yang paling terkenal terutama di kalangan netizen internasional. Hal ini karena kasus pertama kali terkuak melalui media sosial dan dibantu netizen untuk mengekspos identitas pelakunya ke penjuru wilayah. Pelakunya adalah 2 siswi kelas 2 SMP Perempuan Dongju, 1 siswi SMP kelas 2 SMP Jangrim, dan 1 siswi kelas 2 SMP Jangpyeong.

 


    Awalnya, 2 orang pelaku utama ditemani oleh 2 orang pelaku pembantu membawa korban ke area pabrik. Gerakan mereka terekam oleh CCTV di area tersebut. Kemudian, mereka membawa korban ke belakang pabrik dan mulai menganiaya korban dengan kursi, pisau, dan pipa besi. Para pelaku juga tampak mendokumentasikan kejadian.


    Tak sampai di situ saja. Menurut pengakuan pelaku di facebook, mereka juga memukul korban dengan pipa besi, meludahi korban, dan menginjaknya dengan sepatu olah raga. Konyolnya, pelaku juga merupakan pihak yang memamerkan hal ini di facebook dan mengancam siswa/i lain untuk melakukan hal yang sama. Pelaku sempat mengirim foto tersebut ke siswa lain, berikut percakapannya

(foto)

Ini kebangetan?

Lu yang ngelakuin?

Bakal masuk (penjara)?

Iya gw (yg lakuin)

Lu mukul sendirian?

Bajingan gila bener lu ternyata kkk

Berdua aja?

Bales woy!

Bales njing!

Lu ngirim buat nanya itu parah apa nggak?

Wah

Mau sampai kapan lu gitu kk

Anjing, gw lost respect ke lo

Level lo mukul tuh cukup buat bikin ini jadi masalah. Harusnya jangan berlebihan

Maaf

Gw mau menyadarkan diri

Lu mukul berdua?

Iya

Pelaku Utama (atas) Kim Doyeon, Jeong Yoomi.
Pelaku pembantu (bawah) Han Jae-eun, Yoon Hyerin.

    Kedua pelaku utama dijatuhi hukuman paling lama 5 tahun dan paling singkat 4 tahun. Pelaku pembantu, Yoon Hyerin dikenai hukuman paling lama 3 tahun dan paling singkat 2 tahun. Namun, akhirnya pengadilan menjatuhkan hukuman dalam pengawasan kepolisian.

TRIGGER WARNING: AWAS LUKA!!!

 

 

 

Kondisi Korban Pasca Perawatan di Rumah Sakit

 




 
   
Foto-foto di atas merupakan gambaran kehidupan di Penjara Anak. Kegiatan yang mereka lakukan sama dengan sekolah. Mulai dari menerima kelas, olah raga, dan upacara kelulusan. Namun, mereka tidak diperkenankan untuk meninggalkan tempat tersebut.



    Di Korea sendiri, begini lah skema hukum yang berlaku bagi pelaku kekerasan sekolah di usia anak-anak.

0-19th: diberlakukan hukuman khusus anak di bawah umur

0-14th: Tindakan kriminal di bawah umur

0-10th: tindakan hanya diakui sebagai kenakalan remaja

- Tidak bisa dikenai hukuman pengawasan/perlindungan

- Tidak bisa dikenai hukuman kriminal

10-14th: anak-anak sudah dapat membedakan mana yang benar dan salah

- Bisa dikenai hukuman pengawasan/perlindungan

- Tidak bisa dikenai hukuman kriminal

14-19th: anak-anak yang sudah bisa mendapat perlakuan hukum

- Bisa mendapatkan di antara 1-10 dispensi sebagai bentuk perlindungan/hukuman

- Bisa dikenai hukuman kriminal