Aktor Lee Jinwook dan Upayanya Meloloskan Diri dari Jeratan Hukum

Sumber ringkasan: https://brunch.co.kr/@psnw14/52

Disclaimer: Penjelasan yang digunakan dalam ringkasan ini sepenuhnya terjemahan dari sumber ringkasan

Catatan: Wanita Ular (ular bunga) adalah julukan yang digunakan untuk menyebut wanita yang dianggap merayu pria untuk melakukan hubungan demi mendapatkan keuntungan materil

 

Seperti yang kalian tahu, aktor Lee Jinwook dikenal pernah terjerat dalam kasus kekerasan seksual yang merugikannya akibat laporan seorang "Wanita Ular", tetapi ia akhirnya dengan bangga membuktikan ketidakbersalahannya. Mungkin karena (kasus) ini lah jika orang teringat dengan “Wanita Ular yang mendapatkan pelajaran” orang akan teringat dengan Lee Jinwook dan memenya bertebaran di internet. Bahkan wajah Lee Jinwook yang terlihat percaya diri saat pergi ke kantor polisi juga menjadi sorotan.


Oleh karena itu, saya mencari kasusnya di pengadilan. Sebenarnya, saya pernah memposting kasus Lee Jinwook di Instagram, tetapi karena dilaporkan (saya tidak tahu apakah itu dilakukan oleh agensi atau penggemar Lee Jinwook) postingannya sering menghilang. Saya menyerah karena kesal karena postingan yang sudah saya buat segenap hati menghilang, tetapi saya memutuskan untuk menyelidiki kasus itu lagi.

 

Hasil Putusan Pengadilan Pertama

Pengadilan Distrik Pusat Seoul Putusan 14 Juni 2017 No.9011 tahun 2016

https://lbox.kr/%EC%84%9C%EC%9A%B8%EC%A4%91%EC%95%99%EC%A7%80%EB%B0%A9%EB%B2%95%EC%9B%90-2016%EA%B3%A0%EB%8B%A89011

Hasil Putusan Pengadilan Kedua

Pengadilan Distrik Pusat Seoul Putusan 7 Februari 2018 2 No.2323 tahun 2017 Tidak Bersalah

https://lbox.kr/detail/%EC%84%9C%EC%9A%B8%EC%A4%91%EC%95%99%EC%A7%80%EB%B0%A9%EB%B2%95%EC%9B%90/2017%EB%85%B82323

Bagi yang ingin membaca berkas pengadilannya, silahkan lihat.

 

Sebelum saya menulis

Pertama-tama, tautan ke hasil putusan di atas (Sidang Pertama & Sidang Kedua) membahas tentang kejahatan yang hasilnya dinyatakan tidak bersalah. Dengan kata lain, ini adalah kasus di mana Lee Jinwook menggugat seorang wanita karena tidak bersalah. (Ini bukan kasus di mana seorang wanita menggugat Lee Jinwook karena kekerasan seksual.) Dalam kedua hasil persidangan ini, yang harus kita lihat sebagai masalah adalah sikap terhadap kejahatan seksual itu sendiri. Sidang pertama memutuskan wanita itu tidak bersalah atas tuduhan laporan palsu ’dari sudut pandang korban wanita’ [Lee Jinwook menggugat wanita itu sebagai ’Wanita Ular’, tetapi pengadilan (Pengadilan Pertama) memutuskan tidak bersalah], dan sidang kedua Pengadilan ’melihat dari sudut pandang Lee Jinwook’, dan menjatuhkan hukuman tangguhan (di sidang kedua ini, wanita tersebut dinilai sebagai ”Wanita Ular”). Saya akan menjelaskan keduanya, jadi keputusannya terserah kalian mau menilai gimana. (Saya tidak akan membuat penilaian nilai dalam artikel ini.)

 

Ringkasan Kasus

Lee Jinwook sedang makan dengan seorang kenalan di restoran ramen, dan kenalannya menelepon seorang wanita (A) yang dikenalnya. A selesai makan bersama mereka berdua dan pulang ke rumah secara terpisah. Lee Jinwook meminta nomor telepon A kepada seorang kenalannya. Lee Jinwook menghubungi A pada pukul 11 ​​malam. Lee Jinwook bertanya apakah dia boleh pergi ke rumahnya. A menolak, dan Lee Jinwook mengirim pesan dan menelepon secara bergantian setelahnya. Akhirnya, A mengizinkan Lee Jinwook berkunjung. Lee Jinwook mengatakan dia ingin mandi karena dia tidak nyaman dengan make up yang dia pakai saat tiba di Rumah A. Setelah mandi, Lee Jinwook keluar tanpa pakaian dalam dan akhirnya melakukan seks (menurut Lee Jinwook dengan persetujuan VS menurut A adalah kekerasan seksual/dengan paksaan). Setelah Lee Jinwook pulang, A memberi tahu temannya tentang situasi saat ini. Setelah menerima saran, A pergi ke rumah sakit keesokan harinya tetapi ditolak untuk mendapatkan perawatan medis, dia diperkenalkan kepada pengacara kenalan temannya dan mengajukan tuntutan terhadap Lee Jinwook.

 

Berdasarkan Kacamata Feminis

Perdebatan yang paling penting dalam kasus ini adalah mengenai “Apakah jika seorang wanita yang tinggal sendiri mengizinkan kalian untuk masuk ke rumahnya berarti dia (otomatis) mengizinkan seks?”. Tentu saja tidak. Akan tetapi, ada banyak pria di luar sana yang salah paham bahwa jika perempuan pergi ke rental DVD, motel, atau ke rumahnya (bersama mereka) artinya si wanita mengizinkan seks (secara otomatis).


Para pria akan berpura-pura terlihat harmless (tidak berbahaya atau tidak berniat jahat) dengan segala cara demi bisa masuk ke tempat tinggal wanita. Mereka akan beralasan seperti ”Aku mau mandi karena gerah”, ”Ketinggalan bus terakhir”, ”Aku bantuin benerin perkakas di rumahmu”, ”Aku mabuk banget”, dll. Padahal kalau mereka ingin berhubungan seks, mereka harus mengatakan ”Aku mau berhubungan seks” untuk meminta persetujuan dalam prosesnya. Tapi seolah jika mereka mengatakan itu, mereka berpikir tidak akan diperbolehkan, jadi mereka memutuskan untuk membuat alasan apapun itu agar yang penting bisa masuk rumahnya dulu. Setelah itu, karena mereka sudah masuk rumah, mereka menganggap ”Wah? Kamu membolehkanku masuk rumah? Artinya kamu setuju kita ngeseks? Kamu udah ngasih persetujuan berarti” dan mulai menunjukkan taringnya. Bukankah para pria juga bersikap seolah mereka tidak ingin melakukan seks sebelum diperbolehkan masuk rumah? Pada akhrinya mereka sendiri pun juga paham. Strategi kriminal di mana mereka berpura-pura tidak memiliki niat jahat saat masuk dan setelahnya berbuat semau mereka sendiri. (Akan tetapi, mereka juga ternyata tidak menyadari ini. Meski mereka secara tidak sadar paham, tapi secara sadar mereka ‘sungguh’ tidak paham. Makanya mereka merasa dicurangi/dirugikan. Makanya mereka membuat korban wanita sebagai seorang ’Wanita Ular’. ”Dia kan membukakan pintunya? Artinya kan ngizinin seks?” Hanya karena kamu dititipi dompet sebentar, bukan berarti kamu boleh memiliki seluruh isi dompet itu. Nggak, tapi begini aja apa harus dijelaskan sih?). Oleh karena itu, saat masuk mereka pura-pura tidak berniat jahat, tapi setelah masuk mereka berubah. Kita menyebut ini sebagai kejahatan seksual.

 

Lee Jinwook Memang Ingin Melakukan Seks dari Awal

Jika melihat dari hasil persidangan, Lee Jinwook dari awal memang berniat untuk seks. Oleh karena itu dia menelpon pada jam 11 malam. Wanita itu bertemu Lee Jinwook pertama kalinya hari itu. Dan di hasil persidangan, tertulis seperti ini:

 

Terdakwa tidak pernah meminta uang dari D sebagai imbalan pembatalan gugatan, dan karena mereka baru bertemu pertama kali pada hari kejadian, tidak ada alasan bagi mereka untuk memiliki dendam pribadi atau perbedaan pendapat”

*Terdakwa: korban wanita

*D: Lee Jinwook


Jika diringkas, isi dari hasil persidangan mengatakan “Pihak wanita tidak memiliki tuntutan materil maupun rasa benci”. Maka dari itu, jika benar bahwa si wanita ini adalah ”Wanita Ular”,

logikanya akan jadi [Dia ”Wanita Ular” tapi tidak pernah membuat permintaan materil, bertemu Lee Jinwook pertama kali di hari kejadian, tidak memiliki rasa benci (dendam) apa pun dan tidak memiliki perselisihan pendapat apa pun]. Akan tetapi, lalu mengapa wanita tersebut menunut Lee Jinwook? Dia tidak butuh uang atau memiliki dendam apa pun, tapi kenapa dia melakukannya kepada pria yang baru ia temui pertama kali hari itu seperti Lee Jinwook? Kenapa sih nuntut dia? Karena asik? Gabut? Tiba-tiba benci Lee Jinwook? Nggak lah, kan dibilang gak ada dendam apa pun. Jadi kenapa? Nggak, tapi beneran deh kenapa? Mau belajar tentang persidangan? Apakah karena dia ”Wanita Ular” yang sangat jahat makanya dia cuman nuntut aja meski gak butuh uang maupun gak punya rasa benci?

 

Bukan itu jawabannya, tapi ya karena itu adalah kekerasan seksual. Karena dia dirugikan atas tindakan kekerasan seksual, makanya dia menuntut.

 

Kalau dia (cuman) seorang ”Wanita Ular”, kasus ini malah jadi aneh. Nggak ada probabilitas sama sekali. Sebaliknya, jika ini adalah kekerasan seksual, semua jadi masuk akal.

 

Ini adalah realita cerita dari kebanyakan kasus kekerasan seksual. Khususnya di Korea, konsep kekerasan seksual mengikuti Teori Konsultasi Choi*. Dimana, "pemerkosaan hanya dilakukan apabila terjadi penyerangan atau intimidasi yang membuat perlawanan menjadi sangat sulit." Yang lucunya adalah jika kalian memahami kejahatan kekerasan menggunakan teori itu, kalian pasti akan memahaminya seperti ini:

 

”Ketika penyerangan terjadi, anda seharusnya melawan tanpa ampun. Jika anda tidak melakukannya, berarti anda secara diam-diam menyetujui penyerangan tersebut. Seorang pejalan kaki memukul anda dan anda hanya berdiri saja? Anda menyetujui untuk dipukul. Jika anda tidak setuju, bukankah seharusnya anda menolak? Mengapa anda hanya duduk saja di sana dan menerimanya? Itu karena anda menikmati penyerangan itu.”

 

*Teori Konsultasi Choi adalah teori penafsiran kekerasan seksual secara sempit yang ditetapkan melalui pengadilan Korea pada Tahun 1983, di mana harus ada intimidasi dan penyerangan di dalamnya.

 

Akan jadi seperti itu logikanya. Oleh karena itu, di negara-negara dengan kesadaran tinggi terhadap kesetaraan gender, konsep persetujuan sebelumnya (consent) digunakan untuk mengadili kejahatan seksual. Dengan kata lain, hubungan seksual memerlukan persetujuan terlebih dahulu. Ada orang yang bilang seperti ini, ”Nggak, jadi maksudmu saat kita berhubungan seks, kita harus mendapatkan persetujuan setiap saat, baik secara tertulis maupun lisan?” Ya. Itu benar. (Mungkin ada persetujuan tersirat, tetapi masalahnya adalah kebanyakan orang tidak mengerti ketika anda menolak.) Namun, seks adalah tindakan rahasia yang terjadi dalam hubungan pribadi. Dengan hubungan dan keakraban yang memadai, persetujuan sebelumnya dapat disepakati dengan berbagai cara. Jika anda belum mendapat persetujuan terlebih dahulu, anda dapat dengan yakin menunda hubungan seks sampai nanti.

 

Kalau begitu, mengapa di persidangan kedua dijatuhkan hukuman penangguhan (di mana pihak wanita dinilai sebagai ”Wanita Ular”)?

Itu karena mereka memaksakan status korban. Sidang kedua mengadili semua kasus dari sudut pandang yang berpusat pada pihak pria.

Berikut adalah fokus dari hakim di persidangan kedua. Memberikan celah. (Wanita tersebut) membawa masuk Lee Jinwook ke rumahnya, dan mengenakan dress yang tipis. Makanya dapat dipandang menyetujui hubungan seks. “Tiba-tiba si Wanita menuntut Lee Jinwook? Padahal tidak ada tuntutan materil, baru bertemu hari itu, dan tidak punya dendam? Jadi alasannya apa? Aha! Karena setelah berhubungan seks, Lee Jinwook tidak menghubunginya. Jadi si wanita menuntut Lee Jinwook! Karena harga dirinya tercoreng! Karena dia malu!”

(Kejahatan dilakukan tanggal 12, dan dia menuntut tanggal 14, apakah wanita tersebut menuntut karena marah tidak dihubungi seharian?)

 

Selain itu, di hasil persidangan kedua, mereka mendeskripsikan wanita tersebut sebagai seseorang yang seperti jalang, murahan, dan terbuka dengan seks. Hakim menilai bahwa kata-kata Lee Jinwook masuk akal. Seorang wanita jalang seperti itu, wanita yang mengundang pria mana pun ke rumahnya, tentu saja akan mengizinkannya berhubungan seks dengan pria itu! Dia benar-benar wanita yang aneh, bagaimana dia berubah keesokan harinya setelah melakukan hal itu. Hampir seperti ini kurang lebih (penilaian hakim). Kalau kita cermati putusan di sidang kedua, terlihat jelas pola pikir patriarki di era ini. Pikiran hakim bias terhadap pendapat Lee Jinwook.

 

Mengapa di persidangan pertama dijatuhkan putusan tidak bersalah (terhadap wanita)?

 

”Di antara preseden (pertimbangan) sidang pertama,

Sebagaimana terlihat di atas, keadaan terdakwa yang melatarbelakangi pengajuan pengaduan tersebut sangat wajar; terdakwa pergi ke rumah sakit polisi setelah pergi ke rumah sakit umum atas saran dari temannya H sehari setelah melakukan hubungan seksual, dan sama sekali tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa terdakwa membuat pengaduan palsu dengan maksud untuk menjebak D. Berdasarkan hal tersebut, sulit untuk menolak pernyataan terdakwa bahwa mereka telah melakukan hubungan seksual yang tidak diinginkan sebagai pernyataan palsu tanpa alasan yang masuk akal.

Mengingat D mendatangi rumah terdakwa untuk memasang tirai dan langsung melakukan hubungan seks dengan terdakwa, maka ada banyak ruang/kesempatan bagi terdakwa untuk merasa takut, sehingga pernyataan terdakwa bahwa tidak ada perlawanan aktif karena merasa takut dinilai masuk akal.”

*Terdakwa: korban wanita

*D: Lee Jinwook

 

Terkait wanita tersebut mengundang Lee Jinwook, dia hanya mengundangnya. Sama halnya dengan jika diundang ke rumah seseorang bukan berarti boleh mencuri barang di dalamnya, jadi hanya karena diundang ke rumah bukan berarti mereka setuju untuk melakukan seks. Akan tetapi, kita bisa menduga bahwa Lee Jinwook berpikir “Oh dia ngundang aku, jadi artinya dia ngajak aku seks. Oke deh kita lakuin kalau gitu!” lalu melakukan hubungan seks ke wanita tersebut dan wanita tersebut merasakan ketakutan tiba-tiba.

 

Dalam proses hubungan seksual, dikatakan bahwa pakaian dalam serta bajunya melar dan di tubuhnya ada memar ringan.


Sebaliknya, jika membaca hasil persidangan keduan, Lee Jinwook terlihat tidak memiliki kesalahan sama sekali. Oleh karena itu, saya harap kalian membaca hasil persidangan pertama dan kedua bersamaan dan membandingkannya. Jika diringkas, maka:

 

Sidang Pertama, jika isinya benar:

- Lee Jinwook pergi ke rumah wanita, karena diundang ke rumah dia mengira diizinkan melakukan hubungan seks. Akan tetapi, wanita tersebut menolak, dan Lee Jinwook tetap melancarkan aksinya. Setelahnya, pihak wanita menuntut Lee Jinwook.

Sidang Kedua, jika isinya benar:

- Tidak ada modus finansial, dendam, tapi setelah hubungan seks, dia (wanita) mengira dirinya dipermainkan jadi karena sangat marah, wanita tersebut menunut Lee Jinwook.

Itu jadi terlihat seperti ini.


Jika saja ada konsep persetujuan sebelumnya (consent), dalam kasus tersebut, Lee Jinwook sangat jelas akan didakwa melakukan kejahatan. Nggak, tapi andai saja konsep consent ini diakui, sebagian besar kasus serupa tidak akan berakhir seperti itu. (Bahkan jika konsep consent tidak diakui, persidangan tidak boleh dilakukan seperti itu). Seperti halnya saat kita melihat kasus Ahn Heejung (politikus yang melakukan kekerasan seksual), Hakim tidak menanyakan tentang kekerasan yang dilakukan Ahn Heejung, tetapi menanyakan apa yang dilakukan korban. Secara umum, kejahatan seksual memang seperti ini. Segala sesuatu yang berhubungan dengan seks penuh dengan prasangka.

 

Ringkasan Kesimpulan Tambahan

Pada persidangan kedua, pengadilan memandang wanita tersebut sebagai seorang “jalang”. Wanita ini berada dalam hubungan ”seks” dengan kenalan Lee Jinwook, memiliki pacar ”lain”, dan memakai ”pakaian seksi” ketika Lee Jinwook datang ke rumah. Jika kata-kata ini digabungkan, di kehidupan sosial Korea Selatan, wanita ini dianggap jalang/pelacur. Lalu apa arti berhubungan seks dengan seorang pelacur? Dipertimbangkan sebagai sesuatu yang sudah memiliki persetujuan dan disetujui.

 

Hakim melihat Wanita ini sebagai seorang pelacur. Seorang pelacur melakukan seks semau mereka, jadi dia menuntut Lee Jinwook bukan karena kekerasan seksual, tapi tuduhan palsu. Yang terpenting adalah, Lee Jinwook juga sama. Entah bagaimana bisa kenalannya mengenalkan wanita ini ke dia, (jika dibayangkan/ditebak) kenalan Lee Jinwook mengenalkan wanita ini sebagai seorang wanita pelacur. Karena dia (kenalan Lee Jinwook) sudah melakukan seks (dengan wanita tersebut), Lee Jinwook dapat dengan mudah melakukannya juga. Maka dari itu, saat mereka bertiga bersama, dia bilang Lee Jinwook pintar memasang tirai, jadi dia menyuruh wanita tersebut untuk minta tolong ke Lee Jinwook. Lee Jinwook sedari awal berpikir untuk berhubungan seks dengan wanita ini. Karena dia mengira perempuan ini jalang. Makanya dia datang ke rumahnya untuk melakukan seks, mandi dan keluar tanpa pakaian dalam, lalu langsung berusaha memaksakan hubungan seks tanpa persetujuan.


Kita tidak boleh menilai kejahatan seksual dengan memandang cara berpakaian, bicara, perlakuan, dll dari korban tanpa memandang tindakan pelaku.


Yang penting adalah, jika membuat seorang Wanita menjadi seorang “jalang”, kejahatan seksual (seolah) dapat ditoleransi dengan mudahnya. Lee Jinwook memandang wanita ini sebagai seorang jalang jadi ia mencoba melakukan seks tanpa persetujuan lebih dulu, dan hakim memberikan penilaian laporan palsu dan bersalah pada wanita karena dia memandangnya sebagai jalang juga. Lalu, kita yang melihat ini dibuat menjadi ragu.

 

Sebenarnya saya sudah lama berpikir apakah saya harus menuliskan Kesimpulan Tambahan. Pada akhirnya, khawatir apakah saya menuliskan perilaku wanita ini secara detail? Apakah saya terlalu terlihat menyalahkannya. Karena ada banyak informasi yang sifatnya pribadi (meski tertulis di bagian pertimbangan pengadilan), saya khawatir apakah saya pada akhirnya akan melakukan penyerangan sekunder.

Pada akhirnya, alasan mengapa saya menulis ini adalah untuk membantah cara persidangan kedua berlangsung. Ketika anda terlibat dalam kecelakaan mobil, anda tidak secara intuitif diasumsikan melakukan penipuan asuransi berdasarkan perilaku berbohong anda sehari-hari. Itu normal. Hal yang sama berlaku untuk kejahatan seksual.

Anda bersalah karena anda tidak dapat melihat kejadian sebagaimana adanya dan anda mempertanyakan tindakan dan perilaku korban sehari-hari.