A mengatakan melalui pengacara pada 19 Mei, "Saya pindah ke sekolah lain karena kekerasan sekolah yang dilakukan oleh Kim Garam dan teman-teman, akibat dari rumor yang mengatakan saya pindah karena kesalahan saya sendiri dan penganiayaan kedua, saya mangambil tindakan ekstrim (bunuh diri)". Korban mengungkapkan bahwa kekerasan sekolah Kim Garam adalah nyata. 

Pihak A mengatakan bahwa dokumen laporan Komite Penanggulangan Kekerasan Sekolah adalah nyata dan begitu juga kekerasan sekolah Kim Garam. 

Menurut pihak A, pihak yang mengekspos kekerasan sekolah Kim Garam di komunitas online adalah pihak ketiga. 

Namun, di bagian ini, orang salah paham bahwa yang menulisnya adalah A, mereka memposting pesan yang mengatakan, "kecemburuan akan membuatmu gila," dan bahkan merilis foto A, mengancamnya dengan mengatakan "siapkan kuburanmu." 

Kemudian ketika HYBE dan Source Music merilis pernyataan yang mengatakan bahwa Kim Garam bukanlah pelaku kekerasan di sekolah, rasa malu dan ancaman terhadap A semakin parah. 

Akhirnya pihak A mendesak HYBE untuk menghapus pernyataan posisinya dan menyatakan kembali posisinya, serta meminta maaf kepada A. Namun, HYBE tidak mengoreksi pernyataannya dan melampiaskan kemarahannya dengan mendorong aktivitas LE SSERAFIM. 

Saat ini, karena penderitaan yang baru saja dialaminya, A menyatakan telah putus sekolah.

Pengacara tersebut menyatakan, "Untuk menyelesaikan masalah dengan mudah, Kim Garam melewatkan informasi rinci mengenai kekerasan sekolah yang ditujukan kepada A, jika HYBE terus mempertahankan pernyataannya bahwa 'kecurigaan itu fitnah dan Kim Garam adalah korbannya,' Firma hukum akan merilis laporan lengkap hasil kekerasan sekolah komite, termasuk ringkasan kasus, dan pernyataan rinci korban kekerasan sekolah yang mengerikan juga mempertimbangkan untuk mengungkapkan pesan lengkap yang berisi bahasa kasar untuk memanggil korban ke TKP/lokasi dari serangan massal." 

Di bawah ini adalah posisi lengkap dari firma hukum perwakilan A. 

Mengenai kontroversi tentang kekerasan sekolah oleh LE SSERAFIM Kim Garam dan posisi HYBE, firma hukum (terbatas) di bawah agen korban Darren Law Group akan menyatakan posisi korban berdasarkan pernyataan korban dan wali, laporan Sekolah Komite Penanggulangan Kekerasan atas nama kepala sekolah SMP Kyungin.

1. Keaslian pemberitahuan hasil Komite Penanggulangan Kekerasan Sekolah 

Dokumen pemberitahuan hasil Komite Penanggulangan Kekerasan Sekolah, yang kontroversial atas keasliannya, konsisten dengan pemberitahuan hasil Komite Penanggulangan Kekerasan Sekolah dengan meterai kepala Sekolah Menengah Kyungin yang diserahkan oleh klien. 

2. Keadaan kejadian 

Korban (nama samaran "Yoo Eunseo") mengalami kekerasan sekolah dari Kim Garam dan teman-temannya sekitar akhir April hingga awal Mei 2018, dan dipindahkan ke sekolah lain dalam waktu 1~2 minggu setelah kejadian karena dia tidak mampu menahan kekerasan kelompok yang berkelanjutan.

Setelah itu, Komite Penanggulangan Kekerasan Sekolah diadakan pada tanggal 4 Juni 2018, dan Kim Garam, siswa yang melakukan kekerasan di sekolah, menerima enam jam pendidikan khusus, lima jam pendidikan khusus untuk orang tua berdasarkan Pasal 17 (1) 5 Perda. Aksi Kekerasan Sekolah, dan Yoo Eunseo, korban kekerasan di sekolah, menerima konseling dan nasihat psikologis.

Korban Yoo Eunseo terpaksa dipindahkan karena dia tidak tahan dengan pelecehan kelompok yang terus menerus. Tetapi karena rumor yang mengatakan bahwa "Yoo Eunseo terpaksa pindah karena kesalahannya sendiri" dia menderita rumor jahat dan mengalami kesulitan bahkan setelah pindah sekolah.

Sekitar empat tahun kemudian, Kim Garam diumumkan sebagai anggota LE SSERAFIM pada April 2022, dan teman-teman yang mengetahui kejadian tersebut menghubungi Yoo Eunseo dan mengungkapkan kemarahan mereka, dengan mengatakan, "Bagaimana pelaku kekerasan di sekolah bisa menjadi selebriti?" Yoo Eunseo stres karena pelaku insiden yang paling ingin dia lupakan menjadi selebriti dan berpikir bagaimana dia akan sering melihatnya melalui media. 

Kemudian, sebuah posting berjudul "(Alumni) Saya akan mengekspos LE SSERAFIM Kim Garam" diposting di NATE Pann, dan isinya adalah "Kim Garam terkenal dengan kepribadiannya yang buruk sehingga semua orang tahu termasuk orang-orang di sekolah sekitar, dan ketika ada siswa yang tidak disukainya, mereka akan berkumpul dalam jumlah banyak untuk memaki dan menyudutkan seseorang. Saya korban kekerasan di sekolah." Termasuk di atas, beberapa postingan telah diunggah yang menunjukkan Kim Garam sebagai pelaku kekerasan di sekolah.

Mungkin karena Yoo Eunseo adalah korban kekerasan sekolah Kim Garam, ada komentar yang mengatakan bahwa Yoo Eunseo-lah yang memposting postingan yang mengungkap kekerasan sekolah Kim Garam sebagai korban. Juga melalui Facebook Messanger, posting twitter, dll, Yoo Eunsoo menerima kritik jahat seperti "Yoo Eunseo adalah orang yang dengan jahat memfitnah Kim Garam", "Dia hanyalah bebek jelek yang cemburu dari anak-anak cantik", "Dia mengoperasi segalanya tetapi masih jelek", dan "Dia menghina (Garam) karena cemburu". Bahkan dalam postingan yang disebutkan, mereka mengungkapkan foto Yoo Eunseo sambil berkata, "Berterimakasihlah karena aku menyensor wajahmu. Jika kamu menguntit LE SSERAFIM, persiapkan kuburanmu". Dan mereka juga mengancam Yoo Eunseo. 

Pasti ada seseorang yang memiliki foto asli Yoo Eunseo tanpa sensor. Oleh karena itu, dia menderita kecemasan dan ketakutan yang luar biasa karena memikirkan tidak tahu kapan, di mana, dari siapa, atau bahaya apa yang akan dia terima jika dia (wajahnya) tersebar di Internet. Dia juga mengalami serangan panik yang menyebabkan dia sulit bernapas karena jantungnya akan meledak dari waktu ke waktu. 

3. Pengiriman konten berisi bukti ke HYBE dan tidak ada balasan 

Pada saat itu, HYBE Co., Ltd. (di sini disebut sebagai "HYBE") mengeluarkan pernyataan bahwa "kecurigaan kekerasan sekolah terhadap Kim Garam adalah fitnah jahat dengan pengeditan halus dari apa yang terjadi saat berteman, dan Kim Garam adalah korban kekerasan di sekolah."

Yoo Eunseo mendapat kritik dan ancaman seperti "Kamu memfitnah Kim Garam" dari orang tak dikenal. Dengan tambahan pernyataan HYBE di atas dalam menghadapi tuduhan dan intimidasi, serangan sekunder tanpa pandang bulu terhadap Yoo Eunseo semakin intensif. Yoo Eunseo menangis dan menolak untuk pergi ke sekolah, mengatakan, "Saya pikir itu akan berakhir hanya ketika saya mati," dan wali Yoo Eunseo mendelegasikan pengaduan pidana ke firma hukum ini untuk mengirimkan posisi korban sebagai bukti isi dan menyatakan bahwa Yoo Eunseo memposting eksposur/penguakan tentang Kim Garam.

Firma hukum ini mengajukan tuntutan pidana terhadap mereka yang memposting komentar palsu tentang Postingan Yoo Eunsoo tentang Kim Garam di Kantor Polisi Guro Seoul, dan mengirim surat berisi bukti ke HYBE di 2022-4-20 No. 310410003715, HYBE Co ., Ltd., alamat 42 (Sungai Han 3-ga, Yongsan Trade Center), Yongsan-gu, Seoul. Dan pada 2022. 4. 21 pada pukul 10.38 pagi, telah mencapai alamat.

Bukti di atas berisi rincian penganiayaan massal yang dilakukan oleh Kim Garam kepada Yoo Eunseo, petisi yang berisi perasaan Yoo Eunseo, dan pemberitahuan hasil Komite Penanggulangan Kekerasan Sekolah, dimana Kim Garam dianggap sebagai pelaku kekerasan di sekolah.

Korban tidak meminta ganti rugi apa pun, namun ia mendesak agar pernyataan yang berbeda dengan kebenaran itu dihapus, kembali membuat pernyataan berdasarkan fakta, meminta maaf kepada korban, dan tidak membuat pernyataan yang berbeda dari yang sebenarnya dan kebenaran yang hanya berdasarkan pernyataan Kim Garam dan teman-temannya. 

Namun, HYBE tidak membalasnya, dan aktivitas Kim Garam di industri hiburan terus berlanjut seolah-olah tidak terjadi apa-apa. 

Yoo Eunseo, yang tidak tahan dengan kecemasan dan ketakutan ekstrem yang disebabkan oleh serangan kedua, akhirnya melakukan upaya bunuh diri. Yoo Eunseo dan orang tuanya memutuskan untuk menghentikan studi Yoo Eunseo dan menyatakan niat mereka untuk drop out. Saat ini, Yoo Eunseo sedang dirawat di psikiater tanpa pergi ke sekolah selama tujuh minggu sebelum proses drop out berakhir, dan ibu Yoo Eunseo menghentikan semua kegiatan di luar dan merawat Yoo Eunseo untuk mencegah Yoo Eunseo mencoba bunuh diri lagi. 

4. Sanggahan dari pernyataan yang mengatakan bahwa kecurigaan Kekerasan Sekolah terhadap Kim Garam hanyalah fitnah jahat 

Alasan mengapa wali Yoo Eunseo memutuskan untuk mengajukan tuntutan pidana terhadap kekerasan sekolah Kim Garam dan mengirimkan bukti isinya ke HYBE tanpa mengajukan gugatan perdata adalah karena Yoo Eunseo dan walinya ingin "menghentikan serangan kedua" lebih dari kompensasi apa pun. 

Namun, HYBE mengabaikan permintaan korban untuk menghentikan serangan kedua. Selanjutnya, ketika pemberitahuan hasil Komite Penanggulangan Kekerasan Sekolah menjadi masalah, mereka mengulangi pernyataan yang mengatakan bahwa "Tuduhan itu fitnah jahat" dan bahkan menyatakan "Kami akan mengambil tindakan hukum". Oleh sebab itu, orang tua Yoo Eunseo mengulangi pernyataan mereka dan mengatakan, "Kami akan mengambil tindakan hukum," dan mereka tidak bisa lagi mentolerir rasa sakit anak mereka, sehingga mereka mengungkapkan posisi korban melalui firma hukum ini.

Dalam pernyataan ini, rincian kekerasan sekolah yang dilakukan oleh Kim Garam kepada Yoo Eunseo dilewati untuk penyelesaian masalah yang lancar. Jika HYBE terus mempertahankan pernyataannya bahwa "tuduhan itu adalah fitnah jahat dan Kim Garam adalah korbannya," firma hukum akan mengungkapkan laporan lengkap dari hasil Komite Penanggulangan Kekerasan Sekolah, termasuk Ringkasan Kasus, untuk melindungi korban di bawah umur. Kami juga mempertimbangkan untuk merilis pesan lengkap dari pernyataan rinci korban tentang kekerasan sekolah yang mengerikan pada saat itu, yang tidak termasuk dalam Ringkasan Kasus, dan bahasa kasar untuk memanggil korban ke TKP/lokasi penyerangan massal. Oleh karena itu, untuk mengakhiri pelanggaran kedua, kami harap untuk HYBE dan Source Music yang berafiliasi dengannya mengingat ini baik-baik. 

5. Sebagai penutup/kesimpulan 

Pada kenyataannya korban bahkan tidak dapat melupakan rasa sakit dan harus hidup. Kepada para pelajar muda yang berteriak, "aku pikir ini akan berakhir hanya ketika aku mati", masyarakat kita perlu berpikir secara mendalam tentang jawaban apa yang bisa kita berikan kepada mereka. 

Dari sudut pandang pelaku, alasan kekerasan di sekolah mungkin karena lelucon, korban melakukan kesalahan, dan mungkin juga "dalam proses berteman". 

Namun, pelaku harus sadar betul bahwa pengalaman perundungan massal tetap menjadi luka di lubuk hati yang terdalam dan tidak dapat dikembalikan dengan kompensasi dan perlakuan apa pun bagi siswa muda yang kehidupan sekolahnya adalah segalanya bagi dunianya. 

Hanya kesadaran yang ketat terhadap kekerasan di sekolah dan refleksi yang mendalam terhadapnya yang dapat menjadi perlindungan minimal untuk mencegah anak-anak kita menjadi korban berikutnya dari kekerasan di sekolah.